…Aku datang dari balik kabut hitam…aku mengarungi samudera
darah…akulah pangeran kegelapan…kan ku remas matahari di telapak tanganku.. kan
ku pecahkan wajah rembulan, pecah terbelah.”
Oh Bahtera
Sudah sulit ku bedakan hidup dan siksa, Setiap nafas dan langkah
ku raja derita, Buka matamu dan saksikan derita ku, Telah kau kalahkan aq
dengan tangan perkasamu. Kini mimpi-mimpikupun hitam gelap, Segelap bola mata
ku, Letih sudah kaki menyelusuri lembah kehidupan yang penuh dengan kebohongan.
Tapi…….
Perjalanan tidak kunjung usai, Tidak terperih luka, Carut marut
oleh onak duri, Perih luka ternyata jauh lebih perih jiwa, Gemulung halimun
menutup jalan semua jalan, Tapi aku tetap ingin pulang.
Tuhan…
Kembalikan masa bocahku kedalam jiwa, Jangan peluk akhir
perjalananku Aku masih punyak rindu Yang belum pupus. Jemariku belum lagi
menyentuh bayang-bayang mimpi ku, Sejuta kutuk palsu ku tadah dengan dada
terbuka. Tapi belum juga kau satukan aku
SYAIR CINTA ARYA DWIPANGGA
Pelangi muncul diatas kurawan, Warnanya indah bukan buatan,
Seorang gadis ternganga keheranan, Rambutnya tergerai jatuh ke pangkuan.
Sekumtum cempaka sedang mekar ditaman sari desa Manguntur, Kelopaknya indah
tersenyum segar, Kan kupetik cempaka itu untuk kubawa tidur malam nanti, Ku
buka daun jendela dan terbayang malam yang indah di hiasi chandra kartika.
Di bulan Waisya ini
Sepuluh kali aku melewati pintu rumahmu yang masih rapat
terkancing dari dalam.
Kapn kubuka Wahai sang dewi puspa, Pelangi itu muncul lagi Membuat
garis melengkung ke langit tinggi, Daun ilalang diterpa angin gemerisik
membangunkan tidurku dari dari mimpi buruk.
Di batas tugu yang indah ini ku pahat dengan bermandikan keringat
kasih, Kalau kau tatap mega yang berbunga-bunga, Disanalah aku duduk menunggu
pintu maafmu terbuka.
Pelangi senja mengantarkan burung-burung pulang ke sarangnya,
Domba-domba pulang ke kandangnya.
Tapi, , , aku hendak kemana???
Apa yang kulakukan menjadi tak berharga selama senyummu masih kau
sembunyikan di balik keangkuhan hatimu.
Nari Ratih…………………..!
Kau adalah sebongkah batu karang, Tapi aku adalah angin yang sabar
setia, Sampai langit di atas terbelah dua, Aku akan membelai namamu bagaikan
bunga, Jika hari telah tidur dipangkuan malam, Kukirim bisikan hatiku ini
bersama angin, Biarpun malam pucat kedinginan, Biarpun bintang merintih di
langit yang jauh, Aku akan tidur dengan tenang, Sambil memeluk senyummu dalam
kehangatan mimpiku.
aku seorang pengembara yang bergandengan tangan dengan matahari
tapi yg datang dari kegelapan dan turun bersama tetesan darah manusia. jangan
bangunkan aku biarkan ku tidur pulas diatas pangkuan rembulan biarkan ku
terbang bagai kelelawar malam, biarkan ku lintasi samudera luas yang penuh
darah biarkan ku buat dunia berwarna merah.”
ARYA DWIPANGGA
Burung merak melayang menyelinap ke istana awan, Ditahtanya
direntangkan sayap, Dari dadanya semburat sinar rembulan.
Aku datang dari balik kegelapan, Aku terbang bagaikan elang, Kan
kuseberangi samudra darah, kan kubuat dunia menjadi merah.
DENDAM ABADI
Jangan ada suara kalau syairku sedang bicara, karena suaraku ingin
memutar balik cakra dunia, kenapa orang bijak bicara dengan jumawa,??
Tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali ketidak abadian itu
sendiri, padahal duka hidupku abadi luka hatiku abadi.
Pagi mengusir malam, siang menghardik embun dan malam menelan
matahari juga abadi, dari waktu ke waktu, sampai ratusan abad sejak alam
mayapada digelar, dendamku pada diriku juga abadi, begitu juga dendamku pada
nasib juga abadi.
oooh…
Akan kutebar gelembung dendam rahmawana, menyebar keseluruh
mayapada menutup kayangan di puncak mahameru.
0 komentar:
Posting Komentar